Muhāsabatun Nafs (muhasabah diri atau introspeksi diri)

 

Muhāsabatun Nafs (muhasabah diri atau introspeksi diri) adalah praktik penting dalam Islam

Muhāsabatun Nafs (muhasabah diri atau introspeksi diri) adalah praktik penting dalam Islam untuk menjaga hati, niat, dan perbuatan agar tetap lurus sesuai dengan syariat. Di zaman modern yang penuh fitnah dan godaan, muhasabah menjadi lebih krusial. Berikut beberapa tips atau cara praktis untuk menjaga diri dan melakukan muhāsabatun nafs di zaman sekarang

1. Rutin Meluangkan Waktu untuk Introspeksi Diri

Sisihkan waktu harian (sebelum tidur, setelah shalat) untuk mengevaluasi:

Apa niat saya hari ini?

Apakah saya melakukan hal yang mendekatkan atau menjauhkan diri dari Allah?

Apakah saya menyakiti orang lain hari ini?

Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.” (Umar bin Khattab)

2. Dekat dengan Al-Qur’an dan Ilmu

Luangkan waktu harian untuk tilawah dan tadabbur (merenungi) ayat-ayat Al-Qur'an.

Ikuti kajian ilmu secara offline atau online.

Cari ilmu yang menguatkan iman, bukan sekadar hiburan agama.

Sesungguhnya dalam Al-Qur’an terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Az-Zumar: 21)

3. Sadari dan Awasi “Trigger” Dosa Zaman Modern

Zaman sekarang banyak godaan tersembunyi, seperti:

Media sosial: scrolling tanpa tujuan bisa menjerumuskan ke iri, pamer, zina mata.

Konten digital: film/sinetron/music yang melemahkan iman.

Pergaulan bebas: gaya hidup liberal yang bertentangan dengan Islam.

Tips:

Batasi waktu online.

Unfollow akun yang menjauhkan dari Allah.

Pasang niat sebelum menggunakan teknologi.

4. Perkuat Amal Harian

Jadikan rutinitas yang bisa mengingatkan diri terus:

Shalat wajib di awal waktu.

Dzikir pagi-petang (hishnul muslim).

Shalat malam walau hanya 2 rakaat.

Sedekah harian (meski kecil).

5. Bangun Lingkungan dan Teman yang Sholeh**

Lingkungan sangat mempengaruhi kepribadian:

Cari komunitas dakwah atau teman sholeh yang saling menasihati.

Hindari pergaulan toksik yang menjauhkan dari agama.

Seseorang akan mengikuti agama temannya, maka perhatikanlah dengan siapa dia berteman.” (HR. Abu Dawud)

6. Buat Jurnal Muhasabah

Tuliskan harian atau mingguan:

Kesalahan yang dilakukan.

Hikmah yang dipelajari.

Target perbaikan diri.

Jurnal ini bisa menjadi "cermin" agar tidak terjebak dalam rutinitas tanpa makna.

7. Perbanyak Doa Meminta Keteguhan Hati

Doa Rasulullah :

Yā Muqallibal qulūb, thabbit qalbī 'alā dīnik

Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi)

Penutup:

Tetap Realistis dan Istiqamah

Zaman ini penuh tantangan, maka:

Jangan mudah putus asa.

Jangan terlalu keras menyalahkan diri, tapi jangan juga menormalisasi dosa.

Muhasabah bukan untuk menghakimi diri, tapi untuk memperbaiki diri.

By : Al Khamidy

Lebih baru Lebih lama